Bukittinggi adalah salah satu kota diSumatera Barat. Kota ini pernah menjadi ibu kota negara Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.
Terletak di ujung kaki Gunung Marapi dan Gunung Singgalang, Bukittinggi memiliki topografi berbukit-bukit dan berlembah.
Menuju ke sini
Bukittinggi berlokasi sekitar dua jam perjalan darat dari Bandar Udara Internasional Minangkabau, Padang bila tidak ada kemacetan. Pada kondisi normal, dari bandara ke Kota Bukittinggi biasanya memakan waktu tempuh 2–3 jam. Namun, pada saat liburan khususnya lebaran dan akhir tahun bisa memakan waktu hingga 10 jam. Untuk menghindari kemacetan, Anda bisa memanfaatkan jalur alternatif Sicincin—Malalak. Meskipun belum selesai 100 persen, jalur tersebut sudah bisa dimanfaakan. Rute lain untuk menuju Bukittinggi bisa dimulai dari Pekanbaru, biasanya hanya memakan waktu antara 4–5 jam atau paling lama 10 jam pada saat musim liburan dan hampir tidak ada kemacetan yang berarti dan kondisi jalan cukup lancar. Namun, saat ini kondisi jalan pada saat memasuki provinsi Sumatera Barat rusak berat.
Bukittinggi merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera dan usahakan tidak datang pada akhir pekan atau pada saat libur nasional untuk menghindari kemacetan. Karena pada saat musim liburan mobil nyaris tidak dapat dipergunakan karena bisa dikatakan jalanan di Bukittinggi akan lumpuh total pada saat musim liburan khususnya selama musim libur Idul Fitri.
Menyewa mobil
Oleh penduduk lokal mobil sewaan biasanya disebut sebagai "Travel". Dengan rata-rata biaya untuk satu orang antara Rp30.000–Rp100.000 untuk sekali jalan. Mobil yang biasa digunakan sebagai "Travel" adalah Toyota Kijang Innova dan Toyota Avanza atau Daihatsu Xenia.
Menggunakan taksi
Di Bandar Udara Internasional Minangkabau terdapat konter resmi taksi yang tersedia. Ini merupakan cara tercepat untuk mendapatkan taksi. Harganya adalah tetap dan tidak dapat ditawar. Perkiraan biaya taksi dari bandara ke Bukittinggi adalah Rp225.000 dengan separuhnya dibayar di muka dan sisanya dibayar pada saat sampai ditujuan kepada supir taksi.
Berkeliling
Bukittinggi merupakan kota kecil yang dapat Anda kelilingi dengan berjalan kaki. Akan tetapi, Anda juga dapat menggunakan angkutan kota yang biasa disebut "IKABE" oleh penduduk lokal. Selain itu, Anda dapat juga menaiki bendi (sejenis delman) atau menyewa mobil atau bus untuk berkeliling.
Lihat
Di kota
Bukittinggi adalah kota kecil yang dapat dikelilingi dengan berjalan kaki (sekitar 15 menit hingga 30 menit berjalan).
- Ngarai Sianok dan Lubang Jepang
- Ngarai Sianok merupakan salah satu objek wisata utama. Ada beberapa lokasi yang memungkinkan wisatawan untuk melihat keindahan pemandangan Ngarai Sianok, salah satunya di Taman Panorama. Di dalam Taman Panorama, terdapat bunker bawah tanah bekas persembunyian tentara Jepang sewaktu Perang Dunia Kedua yang disebut dengan Lubang Jepang.
- Tembok Gadang Koto Gadang
- Tembok gadang koto gadang atau dijuluki juga dengan nama the great wall of koto gadang merupakan salah satu tempat wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan yang berunjung ke Bukittinggi. Sebenarnya tempat ini merupakan jalur pejalanan kaki yang menghubungkan pusat kota bukittinggi dengan daerah Koto Gadang. Dikarenakan jalur ini melewati ngarai sianok yang menyuguhkan pemandangan yang indah maka lokasi ini menjadi salah satu tempat wisata yang menarik di Kota Bukittinggi.
- Jam Gadang
- Jam Gadang merupakan pusat keramaian. Di sekitar menara jam ini terdapat taman yang cukup luas dengan pepohonan hijau rapi berderet dan diselingi beberapa pohon bunga. Di taman itu tersedia beberapa bangku yang bisa anda gunakan untuk sekadar bersantai atau beristirahat sejenak.
- Rumah Bung Hatta
- Bekas rumah wakil presiden pertama Republik Indonesia Muhammad Hatta.
- Museum Rumah Adat Baanjuang
- Museum ini berada di dalam kawasan taman margasatwa kinantan. Bangunan museum ini berbentuk rumah adar minangkabau. Di dalamnya terdapat berbagai koleksi-koleksi benda sejarah kebudayaan minangkabau serta beberapa pakaian tradisional adat Minangkabau
- Benteng Fort de Kock
- Benteng ini merupakan salah saru benteng peninggalan kolonial Belanda di Sumatera Barat. Saat ini benteng ini masuk satu kawasan dengan taman margasatwa kinantan, dimana untuk menuju benteng ini dari kebun binatang kinantan pengunjung harus melewati sebuah jembatan gantung yang bernama jembatan limpapeh.
Tidur
Saat ini di Bukittinggi telah terdapat sekitar 60 hotel dengan total 1.237 kamar dan 15 biro perjalanan. Hotel-hotel yang terdapat di Bukittinggi antara lain The Hills (sebelumnya Novotel), Hotel Pusako, dan baru-baru ini juga berdiri Hotel Grand Rocky.
Disarankan untuk memesan hotel terlebih dahulu beberapa bulan sebelumnya apabila ingin mengunjungi kota ini khususnya pada musim liburan karena rata-rata hotel di Bukittinggi akan penuh pada saat musim liburan dan setiap tahunnya banyak pengunjung yang datang khususnya setiap Idul Fitri tidak mendapatkan hotel.
Berikut adalah adalah beberapa hotel yang ada di Bukittinggi.
- The Hills Bukittinggi Hotel and Convention Jl. Laras Dt Bandaro, ☎ (62-752) 35 000, fax: (62-752) 23 800. (Dekat dengan pusat kota dan dekat dengan Jam Gadang).
- Hotel Pusako Jl. Sukarno Hatta 7, ☎ +62 751 22111. (Cukup jauh dari pusat kota dan berada di atas bukit).
- Hotel Grand Rocky Jalan Yos Sudarso No.29, 26128 (Hotel bintang empat paling baru di Bukittinggi).
Belanja
Di Kota Bukittinggi, terdapat banyak kerajinan tangan, seperti sulaman dan berbagai ukiran yang dikerjakan secara tradisional.
Bukittinggi memiliki tiga pasar yang letaknya berdekatan dan memiliki nama yang sesuai letaknya, yaitu Pasar Atas, Pasar Lereng, dan Pasar Bawah. Pasar-pasar ini letaknya di pusat kota dan dekat dengan Jam Gadang. Pasar Bawah, sesuai dengan namanya, terletak paling bawah. Di pasar ini Anda akan disambut dengan beragam bumbu masakan Minangkabau, sayur, dan buah. Di Pasar Lereng, yang letaknya berada di kontur jalan yang miring seperti lereng, Anda akan menemukan banyak kaos-kaos yang bertuliskan Bukittinggi, gantungan kunci, dan miniatur Jam Gadang. Anda harus pintar-pintar menawar di Pasar Lereng. Selain itu, Anda juga bisa menikmati aneka jajanan khas Minangkabau, seperti dadiah, nasi kapau, dan keripik balado.
Di Pasar Atas, yang letaknya paling tinggi, Anda bisa menemukan aneka kain sulam khas Minangkabau dan kain songket berbagai motif di jejeran tokonya. Kisaran harganya mulai dari Rp250.000–700.000. Selain kerajinan tangan, banyak penjual yang menjajakan makanan kecil khas Minangkabau lainnya, seperti keripik sanjai (keripik singkong ala daerah Sanjai di Bukittinggi) yang terbuat dari singkong, kerupuk jangek yang dibuat dari bahan kulit sapi atau kerbau, dan karak kaliang, sejenis makanan kecil yang berbentuk seperti angka delapan.
Makan
Bukittinggi seperti daerah lainnya di Sumatera Barat kaya akan makanan yang lezat dan penuh dengan bumbu dan rata-rata adalah makanan "Padang" yang biasanya telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Selain itu Bukittinggi dikenal karena "Nasi Kapau" dan apabila anda sangat memperhatikan kebersihan jangan makan "Nasi Kapau" karena kebersihannya agak diragukan. Selain itu apabila ingin makan Nasi Kapau jangan makan ditempat karena porsinya bisa sangat sedikit dan harganya sangat mahal apalagi untuk turis dan sebaiknya minta lah penduduk lokal untuk membelinya dengan dibungkus karena porsinya agak banyak dan harganya jauh lebih murah. Sebagai perbandingan untuk turis mungkin bisa mencapai harga Rp 100.000 per porsi untuk makan ditempat akan tetapi apabila beli bungkus dan dibelikan oleh penduduk lokal harganya bisa turun hingga seperlimanya saja atau sekitar Rp 20.000 hingga Rp 30.000 saja.
- Cafe Bedudal di Jalan Ahmad Yani atau Kampung Tionghoa menyediakan makanan barat dan biasanya menjadi tempat makan bagi para turis barat.
Terhubung :Kota Bukittinggi, terletak di Sumatera Barat, terhubung dengan beberapa lokasi penting. Ia berjarak sekitar 90 km dari Kota Padang dan dikelilingi oleh gunung-gunung seperti Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Bukittinggi juga memiliki akses ke tempat wisata sejarah seperti Lubang Jepang, yang merupakan terowongan dari masa penjajahan Jepang. Selain itu, terdapat jembatan gantung yang menghubungkan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort de Kock.
Tujuan berikutnya