Selasa, 29 Desember 2009
Karachi, Senin - Sebuah aksi bom bunuh diri, Senin (28/12), membuyarkan prosesi penganut Muslim Syiah di ibu kota Pakistan dan menewaskan setidaknya 25 orang serta mencederai 50 orang lainnya.
Serangan terhadap acara religius seperti ini adalah yang ketiga kalinya terjadi di Karachi dalam beberapa hari terakhir. Hal ini menunjukkan betapa berbagai macam ancaman keamanan membayangi pemerintah yang menjadi sekutu Amerika Serikat. Serangan kali ini menimpa pemerintahan Presiden Azif Ali Zardari yang semakin merosot popularitasnya.
Kelompok militan yang terkait dengan Al Qaeda telah menewaskan ratusan orang melalui berbagai aksi bom bunuh diri sebagai balasan serangan besar-besaran yang dilakukan Pemerintah Pakistan di wilayah-wilayah pertahanan kaum militan sejak pertengahan Oktober lalu.
Negara nuklir Pakistan memang terus mendapat tekanan dari AS agar ikut membantu melakukan stabilisasi keamanan, terutama berkaitan dengan meningkatnya perlawanan Taliban di negara tetangga, Afganistan.
Menurut keterangan resmi Pemerintah Pakistan, serangan bom di Karachi, kemarin, terjadi pada saat prosesi upacara hari raya Ashura, sebuah upacara terbesar bagi penganut Muslim Syiah.
Ashura jatuh pada hari ke-10 dari rangkaian 40 hari pada bulan Muharam, bulan pertama dalam kalender Islam, dan merupakan sebuah hari raya kaum Syiah untuk memperingati kematian Imam Hussein, salah satu cucu Nabi Muhammad SAW yang terbunuh dalam pertempuran tahun 680 di kota Kerbala, Irak.
Prosesi kaum minoritas Syiah ini sering menjadi sasaran serangan kelompok garis keras dari kalangan Muslim Sunni.
Presiden Zardari berjanji untuk mengakhiri pertumpahan darah yang terjadi terus-menerus di Pakistan. Akan tetapi, niatnya terhambat oleh tindak korupsi yang dilakukan pembantu-pembantu dekatnya.